Entaskan Stunting, Wali Nagari Guguk Sarai: Selain Makanan Tambahan, Perlu Edukasi dan Pemahaman Masyarakat

    Entaskan Stunting, Wali Nagari Guguk Sarai: Selain Makanan Tambahan, Perlu Edukasi dan Pemahaman Masyarakat

    SOLOK -   Masalah stunting telah menjadi isu nasional dan mendapat perhatian Presiden Joko Widodo. Karena itu pemerintah tengah fokus untuk menurunkan jumlah kasus tersebut. Masalah stunting harus diselesaikan secara terintegrasi dengan lintas sektor.

    Di Indonesia, stunting disebut kerdil, artinya ada gangguan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan otak pada anak. Anak stunting dapat terjadi dalam 1000 hari pertama kelahiran dan dipengaruhi banyak faktor, di antaranya sosial ekonomi, asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, kekurangan mikronutrien, dan lingkungan.

    Guna menekan dan mencegah stunting menggerogoti calon-calon generasi bangsa ini, Pemerintah bersama seluruh lembaga dan stake holder bergerak bersama mengintervensi peningkatan serta dalam upaya pengentasan angka kasus stunting.

    Pemerintah secara berjenjang mulai dari Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan dan BKKBN, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, bahkan hingga Pemerintahan terendah tingkat Kelurahan/Desa (Nagari) melakukan recofusing anggaran untuk pencegahan dan penanganan stunting, sesuai dengan yang diatur Perpres (Peraturan Presiden) Nomor 72 tahun 2021.

    Seperti halnya di Nagari Guguak Sarai, Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. 

    Dikatakan Wali Nagari Guguk Sarai, Darwin, bahwa stunting menjadi perhatian khusus sesuai dengan arahan pemeriintah pusat dan pemerintah daerah Kabupaten Solok Sumatera Barat secara khusus.

    Dalam upaya mengintervensi dan nengentaskan kasus stunting, kata Darwin, berbagai langkah telah dilakukan sejak sedini mungkin, mulai dari bayi di dalam kandungan dengan melalukan pengawasan terhadap ibu hamil dan pemberian nutrisi atau makanan tambahan hingga vitamin, terutama bagi kondisi kehamilan dengan status calon bayi rentan mengalami stunting.

    Selain itu, bagi anak bayi bawah lima tahun (Balita) yang sudah terindikasi stunting juga diberikan asupan gizi tambahan, dengan makanan yang memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan tubuh dan bergizi, dengan harapan dapat memicu tumbuh kembang anak kembali pada kondisi yang seharusnya (normal), terutama sesuai tinggi, berat badan dengan usia.

    Namun Wali Nagari Guguk Sarai mengakui perlunya kesadaran masyarakat untuk peduli dan memahaminya. Dia juga mengakui paradigma dan stigma negatif di tengah masyarakat yang menganggap stunting identik dengan kurang gizi (gizi buruk), sehingga menilai hal iru sebagai sebuah aib yang memalukan. Terlebih yang mengidap stunting bukan hanya dari kalangan masyarakat miskin, bahkan ada anak dari masyarakat ysng berstatus pegawai (aparat/ASN).

    "Kita di Nagari ini sulit, dengan paradigma masyarakat yang kadang menganggap stunting itu sebuah hal yang memalukan karena dianggap akibat kurang gizi padahal mereka keluarga mampu, bahkan ada juga pegawai. Sehingga ada masyarakat yang juga tidak terima dan marah dikatakan anaknya stunting, padahal itu kan bukan pak wali yang memvonis, melainkan data dari pihak yang berwewenang, ada tenaga kesehatan dari Puskesmas yang melakukan pemeriksaan, " terang Darwin panjang lebar.

    Bahkan lebih miris lagi dikatakannya, ada juga masyarakat yang enggan memberikan bantuan makanan tambahan dengan dalih anaknya tidak mau. Hingga pihaknya menurunkan kader langsung ke rumah-rumah masyarakat yang anaknya terindikasi stunting.

    Selain itu, untuk memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang sunting beserta bahayanya dan upaya pencegahan, pihaknya mendatangkan tim/tenaga ahli yang kompeten, demi agar masyarakat paham dan mau bersama-sama menuntaskan misi pengentasan stunting di Nagari Guguk Sarai sehingga terwujud generasi yang sehat dan memiliki masa depan yang lebih baik.

    Sementara itu secara rinci Kasi Kesejahteraan Nagari Guguk Sarai Novika Yelvia menerangkan, untuk pemberian makanan tambahan bagi anak Balita terindikasi stunting anggarannya berasal dari Puskesmas Sungai Lasi, sedangkan pihak Nagari membayarkan transportasi Kader sebanyak 3 orang yang ikut dalam pembelian makanan tambahan.

    "Biaya tranportasi itu diberikan Rp.10.000 per hari untuk masing-masing kader yang direncanakan dilakukan selama 90 hari, mulai 6 Juni sampai 11 Agustus 2024, " terang Novika.

    Jumlah Balita stunting yang diberikan makanan tambahan saat ini berjumlah 9 orang. Selain itu, ada 15 orang anak yang rentan atau diambang kondisi stunting tengah dalam pengawasan.

    Selain itu, kata Vika, bagi ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ke bidan desa (nagari), diberikan susu serta vitamin  penambah darah gratis, yang anggarannya berasal dari nagari.

    "Program bagi Ibu hamil mulai tanggal 6 Juni dan masih berlanjut hingga sekarang. Sebelumnya Ibu hamil dalam pengawasan yang beresiko anaknya stunting 2 orang dan sekarang tinggal 1 orang. Namun secara umum kita berikan bantuan kepada seluruh ibu hamil jika mereka melakukan pemeriksaan ke Bidan Desa (Nagari), " papar Vika.  (Amel)

    #guguksarai #stunting #solok #sumaterabarat
    JIS Sumbar

    JIS Sumbar

    Artikel Sebelumnya

    Gelorakan Hari Pengayoman Ke-79, Lapas Solok...

    Artikel Berikutnya

    Pelatihan Lembaga Adat di Nagari Parambahan:...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Kunjungan Kerja Kepala Keuangan Kodam Iskandar Muda ke Korem 012/TU
    Dukung Asta Cita Presiden RI, Panglima TNI Tinjau Program Ketahanan Pangan Kodam IV/ Diponegoro
    Hendri Kampai: Indonesia Hanya Butuh Pemimpin Jujur yang Berani

    Ikuti Kami